Senin, 08 Oktober 2012

Peran Penyuluhan Pertanian Terhadap Tingkat Keberhasilan Sambung Samping Tanaman Kakao


PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN SAMBUNG SAMPING  KAKAO BAGI PETANI DI NAGARI SUNGAI TALANG KECAMATAN GUGUAK ...........



PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH :

HUSNI MUBAROK, A.Md
No.BP. 1111336023








PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTREGRASI SMK KOLABORATIF
PROGAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
.......................................
.........................
2012










I.       PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
            Perkebunan kakao yang ada di Indonesia sebanyak 92,8 % merupakan Perkebunan Rakyat, selebihnya adalah Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta.  Persoalannya, produktivitas perkebunan kakao rakyat yang masih rendah sebagai konsekuensi dari tanaman yang umumnya sudah tua, rendahnya teknik budidaya.  Sebagian besar petani kakao Indonesia memiliki pengetahuan yang kurang tentang teknik budidaya kakao yang tepat (Tumpal, Riyadi, dan Nuraeni, 2010). 
            Kakao merupakan komoditas ekspor yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga dunia pasar.  Gejolah harga di pasar dunia akan berpengaruh pada  penawaran dan permintaan di pasar dalam negeri dan ekspor, dan akan mempengaruhi perilaku petani dalam berusaha tani. Pada umumnya petani kakao menghadapi berbagai masalah antara lain, skala pemilikan lahan yang relatif sempit, lokasi kebun kakao petani yang terpencar dan kurang didukung sarana/ prasarana yang baik, dan modal, pengetahuan serta keterampilan yang terbatas.  Akibatnya, produktifitas kakao kurang optimal dan mutu produk di bawah baku mutu  (World Bank, 2005).
            Kecamatan Guguak dengan luas 106,20 ha merupakan salah satu daerah di Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat yang memiliki perkebunan kakao dengan luas 463 ha yang terdiri dari  210 ha tanaman produktif dan 253 ha tanaman belum produktif.  Nagari Sungai talang adalah salah satu Kanagarian di Kecamatan Guguak yang memiliki luas 18 km2.  Di Nagari Sungai Talang terdapat perkebunan kakao seluas 46,40 ha tanaman produktif, dan 86,50 ha tanaman belum produktif.  Perkebunan kakao yang ada merupakan perkebunan rakyat yang tergabung dalam kelompok tani dan mendapatkan penyuluhan pertanian dalam berbagai hal seperti teknik pemangkasan kakao, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, dan aspek teknis lainnya (Badan Pusat Statistik Kab. Limapuluh Kota, 2011).
Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas kakao adalah melalui penggunaan bahan tanam unggul, aplikasi teknologi budidaya secara baik, dan pengendalian hama.  Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan benih hibrida dan secara klonal.  Namun, pertanaman kakao asal benih hibrida yang telah diusahakan oleh petani sejak tahun 1970 mulai menunjukkan keragaman yang kurang produktif karena sudah tua, tajuk tanaman rusak, dan populasi tanaman berkurang serta pemeliharaan seadanya. Keadaan pertanaman yang kurang produktif tersebut petani melakukan peremajaan dan penanaman ulang, karena keterbatasan modal untuk membongkar dan tanam ulang, sehingga petani lebih tertarik melakukan sambung samping untuk peremajaan tanaman kakao yang kurang produktif dan pemenuhan populasi tanaman dengan melakukan sulaman bibit klonal dan sambung, hal ini dikarenakan pembuahannya lebih cepat dan lebih kecil biayanya (Rahardjo P, 2011).
Menurut Wibowo A, Anggara A, dan Rudi H (2009), sambung samping merupakan metode untuk merehabilitasi tanaman kakao dewasa yang mulai berkembang sejak tahun 1994. Dengan cara ini diharapkan dalam satu hamparan kebun kakao semua tanaman menjadi produktif dan kualitas bijinya lebih tinggi, rehabilitas untuk klonalisasi tanaman kakao dewasa dapat dilakukan dengan sambung samping.  Dalam perkembangannya, metode sambung samping lebih disukai sebab lebih mudah dan tanaman baru cepat berbuah.
            Dengan berbagai permasalahan yang dialami petani dalam mengadopsi teknologi untuk meningkatkan produktifitas kakao, maka peran Penyuluh Pertanian sangat perlu untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Menurut Van den Ban dan Hawkins (2000), peran utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan itu.
Peranan penyuluhan pertanian adalah membantu petani dalam membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Secara rinci, Samsudin (1994) membagi peranan penyuluhan pertanian menjadi: (1) menyebarkan ilmu dan teknologi pertanian, (2) membantu petani dalam berbagai kegiatan usahatani, (3) membantu dalam rangka usaha meningkatkan pendapatan petani, (4) membantu petani untuk menambah kesejahteraan keluarganya, (5) mengusahakan suatu perangsang agar petani lebih aktif,               (6) menjaga dan mengusahakan iklim sosial yang harmonis, agar petani dapat dengan aman  menjalankan  kegiatan  usahataninya, (7) mengumpulkan masalah-masalah dalam masyarakat tani untuk bahan penyusunan program penyuluhan pertanian.
Berdasarkan hal diatas, maka peneliti perlu melakukan suatu penelitian dangan judul “Peranan Penyuluhan Pertanian terhadap tingkat keberhasilan sambung samping kakao bagi petani di Nagari Sungai Talang Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota”.
1.2.  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang perlu di jawab yaitu :
Bagaimana peran penyuluhan pertanian terhadap tingkat keberhasilan  sambung samping kepada petani kakao di Nagari Sungai Talang Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota?

1.3.  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui seberapa besar peran Penyuluhan Pertanian terhadap tingkat keberhasilan sambung samping bagi petani di Nagari Sungai Talang Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota.

1.4.  Manfaat Penelitian
            Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam:
1.       Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah untuk mengetahui peran Penyuluhan Pertanian dalam rangka pembinaan terhadap keberhasilan petani dalam melakukan sambung samping kakao.
2.       Untuk menambah pengetahuan penulis terhadap tingkat keberhasilan sambung samping  kakao antara petani yang mendapatkan Penyuluhan Pertanian dengan petani yang tidak mendapatkan Penyuluhan Pertanian.
1.5.  Hipotesis
            Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengambil sebuah hipotesis bahwa “tingkat keberhasilan sambung samping petani yang mendapatkan penyuluhan  lebih tinggi dari pada tingkat keberhasilan petani yang tidak mendapatkan penyuluhan.














Gambar 1 . Pelaksanaan teknik sambung samping pada tanaman kakao (Limbongan dan Beding, 2005).
Keterangan :
a) Membuat torehan pada kulit batang bawah b) entres dipotong miring c) entres disisipkan pada batang bawah d) sambungan diikat dengan tali rafia dan dikerodong dengan plastik transparan
e) entres mulai bertunas dan kerodong dibuka f) batang bawah dipotong 50 cm di atas sambungan.




III.   METODE PENELITIAN
                                                                                          
3.1.  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kenagarian Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera Barat. Yang akan dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2012.

 
3.5.  Teknik Analisis dan Metoda Pengujian
            Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan sambung samping petani yang mendapatkan penyuluhan dengan petani yang tidak mendapatkan penyuluhan dalam usaha taninya, digunakan uji signifikasi t Student dengan formulasi sebagai berikut (Sugiyono, 2000 dalam Imran 2012):         
                                           
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Klon unggul kakao generasi ketiga-keragaan klon unggul Sulawesi 1- Rehabilitasi dengan sambung samping-entres kakao cukup untuk mendukung rehabilitasi di 4 provinsi-klon-klon unggul kakao teknologi SE kakao sistem padat. http//pengawas benih tanaman. blogspot.com. (29 Juli 2012).

           Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota. 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh  Kota dalam Angka. Payakumbuh.
                
        Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota. 2011. Badan Pusat Statistik Kecamatan Guguak dalam Angka. Payakumbuh.

Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2008. Gerakan peningkatan produksi dan  mutu kakao nasional. http:/ditjenbun.deptan. go.id. (29 Juli 2012).
                 
       Imran. 2012. Tingkat adopsi petani terhadap metode SRI (The System Of Rice Intensification). Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Payakumbuh.

Limbongan, J. dan P. Beding. 2005. Beberapa hasil pengkajian teknik sambung samping (side-cleft-grafting) pada tanaman kakao untuk menunjang pengembangan kakao di Kawasan Timur Indonesia. hlm. 139−145. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Mugniesyah S. 2006. Ilmu Penyuluhan (Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat). IPB. Bogor.

Rahardjo, P. 2007. Pengaruh lama penyimpanan entres terhadap penyambungan bibit kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 23(3): 142−148.. http://www. ipard.com/penelitian/. (29 Juli 2012).

Rahardjo P. 2011. Menghasilkan benih dan bibit kakao unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Samsudin S, U.1994. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung.

Syafruddin. 2010. Sambung samping, pilar peningkatan produktivitas kakao di Sulawesi Tengah. Berita Opini Harian Nasional Radar Sulawesi Tengah.

Suhendi, 2008. Komposisi klon dan tata tanam pada rehabilitasi tanaman kakao dengan teknologi sambung samping. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 13(1): 28−34.

           Tumpal, Riyadi, dan Nuraeni. 2010. Budidaya Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta.
                   
           Van den Ban dan Hawkins. 2000. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
            
        Wahyudi, Panggabean, dan Pujiyanto. 2009. Kakao, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
        
         Wibowo A, Anggara A, dan Rudi H (2009). Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta

World Bank. 2005.  Public Private Partnership For Agriculture In Eastern Indonesia: A comparetives Study Of The Beef, Coffee and Cocoa.