PERANAN
PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN SAMBUNG SAMPING
KAKAO BAGI PETANI DI NAGARI SUNGAI
TALANG KECAMATAN GUGUAK ...........
PROPOSAL TUGAS AKHIR
OLEH
:
HUSNI MUBAROK, A.Md
No.BP. 1111336023
PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTREGRASI SMK KOLABORATIF
PROGAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
.......................................
.........................
.........................
2012
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan kakao
yang ada di Indonesia sebanyak 92,8 % merupakan Perkebunan Rakyat, selebihnya
adalah Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta. Persoalannya, produktivitas perkebunan kakao
rakyat yang masih rendah sebagai konsekuensi dari tanaman yang umumnya sudah
tua, rendahnya teknik budidaya. Sebagian
besar petani kakao Indonesia memiliki pengetahuan yang kurang tentang teknik
budidaya kakao yang tepat (Tumpal, Riyadi, dan Nuraeni, 2010).
Kakao
merupakan komoditas ekspor yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga
dunia pasar. Gejolah harga di pasar
dunia akan berpengaruh pada penawaran
dan permintaan di pasar dalam negeri dan ekspor, dan akan mempengaruhi perilaku
petani dalam berusaha tani. Pada umumnya petani kakao menghadapi berbagai
masalah antara lain, skala pemilikan lahan yang relatif sempit, lokasi kebun
kakao petani yang terpencar dan kurang didukung sarana/ prasarana yang baik,
dan modal, pengetahuan serta keterampilan yang terbatas. Akibatnya, produktifitas kakao kurang optimal
dan mutu produk di bawah baku mutu
(World Bank, 2005).
Kecamatan Guguak dengan luas 106,20
ha merupakan salah satu daerah di Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera
Barat yang memiliki perkebunan kakao dengan luas 463 ha yang terdiri dari 210 ha tanaman produktif dan 253 ha tanaman
belum produktif. Nagari Sungai talang
adalah salah satu Kanagarian di Kecamatan Guguak yang memiliki luas 18 km2. Di Nagari Sungai Talang terdapat perkebunan
kakao seluas 46,40 ha tanaman produktif, dan 86,50 ha tanaman belum
produktif. Perkebunan kakao yang ada
merupakan perkebunan rakyat yang tergabung dalam kelompok tani dan mendapatkan
penyuluhan pertanian dalam berbagai hal seperti teknik pemangkasan kakao,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, dan aspek teknis lainnya (Badan
Pusat Statistik Kab. Limapuluh Kota, 2011).
Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
produktivitas kakao adalah melalui penggunaan bahan tanam unggul, aplikasi
teknologi budidaya secara baik, dan pengendalian hama. Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan benih
hibrida dan secara klonal. Namun,
pertanaman kakao asal benih hibrida yang telah diusahakan oleh petani sejak
tahun 1970 mulai menunjukkan keragaman yang kurang produktif karena sudah tua,
tajuk tanaman rusak, dan populasi tanaman berkurang serta pemeliharaan
seadanya. Keadaan pertanaman yang kurang produktif tersebut petani melakukan
peremajaan dan penanaman ulang, karena keterbatasan modal untuk membongkar dan
tanam ulang, sehingga petani lebih tertarik melakukan sambung samping untuk
peremajaan tanaman kakao yang kurang produktif dan pemenuhan populasi tanaman
dengan melakukan sulaman bibit klonal dan sambung, hal ini dikarenakan
pembuahannya lebih cepat dan lebih kecil biayanya (Rahardjo P, 2011).
Menurut Wibowo A, Anggara A, dan Rudi H (2009), sambung
samping merupakan metode untuk merehabilitasi tanaman kakao dewasa yang mulai
berkembang sejak tahun 1994. Dengan cara ini diharapkan dalam satu hamparan
kebun kakao semua tanaman menjadi produktif dan kualitas bijinya lebih tinggi,
rehabilitas untuk klonalisasi tanaman kakao dewasa dapat dilakukan dengan
sambung samping. Dalam perkembangannya,
metode sambung samping lebih disukai sebab lebih mudah dan tanaman baru cepat
berbuah.
Dengan
berbagai permasalahan yang dialami petani dalam mengadopsi teknologi untuk
meningkatkan produktifitas kakao, maka peran Penyuluh Pertanian sangat perlu
untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Menurut Van den Ban dan Hawkins (2000), peran utama
penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil
keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara
menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing
pilihan itu.
Peranan penyuluhan
pertanian adalah membantu petani dalam membentuk pendapat yang sehat dan
membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan petani. Secara rinci, Samsudin (1994) membagi peranan
penyuluhan pertanian menjadi: (1) menyebarkan ilmu dan teknologi pertanian, (2)
membantu petani dalam berbagai kegiatan usahatani, (3) membantu dalam rangka
usaha meningkatkan pendapatan petani, (4) membantu petani untuk menambah
kesejahteraan keluarganya, (5) mengusahakan suatu perangsang agar petani lebih
aktif, (6) menjaga dan
mengusahakan iklim sosial yang harmonis, agar petani dapat dengan aman
menjalankan kegiatan usahataninya, (7) mengumpulkan masalah-masalah
dalam masyarakat tani untuk bahan penyusunan program penyuluhan pertanian.
Berdasarkan hal diatas, maka peneliti
perlu melakukan suatu penelitian dangan judul “Peranan Penyuluhan Pertanian terhadap tingkat
keberhasilan sambung samping kakao bagi petani di Nagari Sungai Talang Kecamatan
Guguak Kabupaten Limapuluh Kota”.
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui seberapa besar peran Penyuluhan
Pertanian terhadap tingkat keberhasilan sambung samping bagi petani di
Nagari Sungai Talang Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat dalam:
1. Sebagai
sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah untuk mengetahui peran Penyuluhan
Pertanian dalam rangka pembinaan terhadap keberhasilan petani dalam melakukan
sambung samping kakao.
2. Untuk
menambah pengetahuan penulis terhadap tingkat keberhasilan sambung samping kakao antara petani yang mendapatkan
Penyuluhan Pertanian dengan petani yang tidak mendapatkan Penyuluhan Pertanian.
1.5. Hipotesis
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengambil sebuah hipotesis bahwa “tingkat
keberhasilan sambung samping petani yang mendapatkan penyuluhan
lebih tinggi dari pada tingkat keberhasilan petani yang tidak
mendapatkan penyuluhan.
Gambar 1 . Pelaksanaan teknik sambung samping pada
tanaman kakao (Limbongan dan Beding, 2005).
Keterangan :
a) Membuat torehan pada kulit batang bawah b) entres dipotong miring c) entres disisipkan pada batang bawah d) sambungan diikat dengan tali rafia dan dikerodong dengan plastik
transparan
e) entres mulai bertunas dan kerodong dibuka f) batang bawah dipotong 50 cm di atas sambungan.
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Kenagarian Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh
Kota, Propinsi Sumatera Barat. Yang akan dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2012.
3.5. Teknik Analisis dan Metoda Pengujian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan sambung samping petani yang mendapatkan penyuluhan dengan petani yang tidak
mendapatkan penyuluhan dalam usaha taninya, digunakan
uji signifikasi t Student dengan formulasi sebagai berikut (Sugiyono, 2000 dalam
Imran 2012):
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Klon unggul kakao generasi ketiga-keragaan
klon unggul Sulawesi 1- Rehabilitasi dengan sambung samping-entres kakao cukup
untuk mendukung rehabilitasi di 4 provinsi-klon-klon unggul kakao teknologi SE
kakao sistem padat. http//pengawas benih tanaman. blogspot.com. (29 Juli
2012).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota. 2011.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota dalam Angka. Payakumbuh.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh
Kota. 2011. Badan Pusat Statistik Kecamatan Guguak dalam Angka. Payakumbuh.
Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2008. Gerakan
peningkatan produksi dan mutu kakao
nasional. http:/ditjenbun.deptan. go.id. (29 Juli 2012).
Imran. 2012. Tingkat adopsi petani terhadap metode
SRI (The System Of Rice Intensification). Universitas Muhammadiyah Sumatera
Barat. Payakumbuh.
Limbongan, J.
dan P. Beding. 2005. Beberapa hasil pengkajian teknik sambung samping (side-cleft-grafting)
pada tanaman kakao untuk menunjang pengembangan kakao di Kawasan Timur
Indonesia. hlm. 139−145. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor.
Mugniesyah S. 2006. Ilmu
Penyuluhan (Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat). IPB. Bogor.
Rahardjo, P. 2007. Pengaruh lama penyimpanan entres
terhadap penyambungan bibit kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 23(3):
142−148.. http://www.
ipard.com/penelitian/. (29
Juli 2012).
Rahardjo P. 2011. Menghasilkan benih dan bibit kakao unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Samsudin S, U.1994. Manajemen
Penyuluhan Pertanian.
Bina Cipta. Bandung.
Syafruddin. 2010. Sambung samping, pilar peningkatan
produktivitas kakao di Sulawesi Tengah. Berita Opini Harian Nasional Radar
Sulawesi Tengah.
Suhendi, 2008. Komposisi klon dan tata tanam pada
rehabilitasi tanaman kakao dengan teknologi sambung samping. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao 13(1): 28−34.
Tumpal, Riyadi, dan Nuraeni. 2010. Budidaya Cokelat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Van den Ban dan Hawkins. 2000. Penyuluhan
Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Wahyudi, Panggabean, dan Pujiyanto. 2009.
Kakao, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wibowo
A, Anggara A, dan Rudi H (2009).
Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta
World Bank. 2005. Public Private Partnership For Agriculture In
Eastern Indonesia: A comparetives Study Of The Beef, Coffee and Cocoa.